Energi
potensial merupakan energi yang dihubungkan dengan gaya-gaya yang
bergantung pada posisi atau wujud benda dan lingkungannya. Banyak sekali
contoh energi potensial dalam kehidupan kita. Karet ketapel yang kita
regangkan memiliki energi potensial. Karet ketapel dapat melontarkan
batu karena adanya energi potensial pada karet yang diregangkan.
Demikian juga busur yang ditarik oleh pemanah dapat menggerakan anak panah, karena terdapat energi potensial pada busur yang diregangkan. Contoh lain adaah pegas yang ditekan atau diregangkan. Energi potensial pada tiga contoh ini disebut senergi potensial elastik. Energi kimia pada makanan yang kita makan atau energi kimia pada bahan bakar juga termasuk energi potensial. Ketika makanan di makan atau bahan bakar mengalami pembakaran, baru energi kimia yang terdapat pada makanan atau bahan bakar tersebut dapat dimanfaatkan. Energi magnet juga termasuk energi potensial. Ketika kita memegang sesuatu yang terbuat dari besi di dekat magnet, pada benda tersebut sebenarnya bekerja energi potensial magnet. Ketika kita melepaskan benda yang kita pegang (paku, misalnya), dalam waktu singkat paku tersebut bergerak menuju magnet dan menempel pada magnet. Perlu dipahami bahwa paku memiliki energi potensial magnet ketika berada jarak tertentu dari magnet; ketika menempel pada magnet, energi potensial bernilai nol.
Demikian juga busur yang ditarik oleh pemanah dapat menggerakan anak panah, karena terdapat energi potensial pada busur yang diregangkan. Contoh lain adaah pegas yang ditekan atau diregangkan. Energi potensial pada tiga contoh ini disebut senergi potensial elastik. Energi kimia pada makanan yang kita makan atau energi kimia pada bahan bakar juga termasuk energi potensial. Ketika makanan di makan atau bahan bakar mengalami pembakaran, baru energi kimia yang terdapat pada makanan atau bahan bakar tersebut dapat dimanfaatkan. Energi magnet juga termasuk energi potensial. Ketika kita memegang sesuatu yang terbuat dari besi di dekat magnet, pada benda tersebut sebenarnya bekerja energi potensial magnet. Ketika kita melepaskan benda yang kita pegang (paku, misalnya), dalam waktu singkat paku tersebut bergerak menuju magnet dan menempel pada magnet. Perlu dipahami bahwa paku memiliki energi potensial magnet ketika berada jarak tertentu dari magnet; ketika menempel pada magnet, energi potensial bernilai nol.
Contoh yang paling umum dari energi potensial adalah energi potensial gravitasi.
Buah mangga yang lezat dan ranum memiliki energi potensial gravitasi
ketika sedang menggelayut pada tangkainya. Demikian juga ketika anda
berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah (misalnya di atap
rumah
atau di dalam pesawat). Energi potensial gravitasi dimiliki benda
karena posisi relatifnya terhadap bumi. Setiap benda yang memiliki
energi potensial gravitasi dapat melakukan kerja apabila benda tersebut
bergerak menuju permukaan bumi (misalnya buah mangga jatuh dari pohon).
Untuk memudahkan pemahamanmu, lakukan percobaan sederhana berikut ini.
Pancangkan sebuah paku di tanah. Angkatlah sebuah batu yang ukurannya
agak besar dan jatuhkan batu tegak lurus pada paku tersebut. Amati
bahwa paku tersebut terpancang semakin dalam akibat usaha alias kerja
yang dilakukan oleh batu yang anda jatuhkan.
Sekarang
mari kita tentukan besar energi potensial gravitasi sebuah benda di
dekat permukaan bumi. Misalnya kita mengangkat sebuah batu bermassa m. gaya angkat yang kita berikan pada batu paling tidak sama dengan gaya berat yang bekerja pada batu tersebut, yakni mg (massa kali percepatan gravitasi). Untuk mengangkat batu dari permukaan tanah hingga mencapai ketinggian h, maka kita harus melakukan usaha yang besarnya sama dengan hasil kali gaya berat batu (W = mg) dengan ketinggian h. Ingat ya, arah gaya angkat kita sejajar dengan arah perpindahan batu, yakni ke atas… FA = gaya angkat
W = FA . s = (m)(-g) (s) = – mg(h2-h1) —– persamaan 1
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah percepatan gravitasi menuju ke bawah…
Dengan demikian, energi potensial gravitasi sebuah benda merupakan hasil kali gaya berat benda (mg) dan ketinggiannya (h). h = h2 – h1
EP = mgh —— persamaan 2
Berdasarkan
persamaan EP di atas, tampak bahwa makin tinggi (h) benda di atas
permukaan tanah, makin besar EP yang dimiliki benda tersebut. Ingat ya,
EP gravitasi bergantung pada jarak vertikal alias ketinggian benda di
atas titik acuan tertentu. Biasanya kita tetapkan tanah sebagai titik
acuan jika benda mulai bergerak dari permukaan tanah atau gerakan benda
menuju permukaan tanah. Apabila kita memegang sebuah buku pada
ketinggian tertentu di atas meja, kita bisa memilih meja sebagai titik
acuan atau kita juga bisa menentukan permukaan lantai sebagai titik
acuan. Jika kita tetapkan permukaan meja sebagai titik acuan maka h
alias ketinggian buku kita ukur dari permukaan meja. Apabila kita
tetapkan tanah sebagai titik acuan maka ketinggian buku (h) kita ukur
dari permukaan lantai.
Jika kita gabungkan persamaan 1 dengan persamaan 2 :
Persamaan ini menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya yang menggerakan benda dari h1 ke h2 (tanpa percepatan) sama dengan perubahan energi potensial benda antara h1 dan h2.
Setiap bentuk energi potensial memiliki hubungan dengan suatu gaya
tertentu dan dapat dinyatakan sama dengan EP gravitasi. Secara umum,
perubahan EP yang memiliki hubungan dengan suatu gaya tertentu, sama
dengan usaha yang dilakukan gaya jika benda dipindahkan dari kedudukan
pertama ke kedudukan kedua. Dalam makna yang lebih sempit, bisa
dinyatakan bahwa perubahan EP merupakan usaha yang diperlukan oleh suatu
gaya luar untuk memindahkan benda antara dua titik, tanpa percepatan.
Contoh soal 1 :
Buah
mangga yang ranum dan mengundang selera menggelayut pada tangkai pohon
mangga yang berjarak 10 meter dari permukaan tanah. Jika massa buah
mangga tersebut 0,2 kg, berapakah energi potensialnya ? anggap saja
percepatan gravitasi 10 m/s2.
Panduan jawaban :
EP = mgh
EP = (0,2 kg) (10 m/s2) (10 m)
EP = 20 Kg m2/s2 = 20 N.m = 20 Joule
Contoh soal 2 :
Seekor
monyet bermassa 5 kg berayun dari satu dahan ke dahan lain yang lebih
tinggi 2 meter. Berapakah perubahan energi potensial monyet tersebut ? g
= 10 m/s2
Panduan jawaban :
Soal
ini sangat gampang… kita tetapkan dahan pertama sebagai titik acuan,
di mana h = 0. Kita hanya perlu menghitung EP monyet ketika berada pada
dahan kedua…
EP = mgh = (5 kg) (10 m/s2) (2 m)
EP = 100 Joule
Dengan demikian, perubahan energi potensial monyet = 100 Joule.
Contoh soal 3 :
Seorang
buruh pelabuhan yang tingginya 1,50 meter mengangkat sekarung beras
yang bermassa 50 kg dari permukaan tanah dan memberikan kepada seorang
temannya yang berdiri di atas kapal. Jika orang tersebut tersebut berada
0,5 meter tepat di atas kepala buruh pelabuhan, hitunglah energi
potensial karung berisi beras relatif terhadap :
a) permukaan tanah
b) kepala buruh pelabuhan
Panduan jawaban :
a). EP karung berisi beras relatif terhadap permukaan tanah
Ketinggian total karung beras dari permukaan tanah = 1,5 m + 0,5 m = 2 meter
Dengan demikian,
EP = mgh = (50 kg) (10 m/s2) (2 m)
EP = 1000 Joule
b). EP karung berisi beras relatif terhadap kepala buruh pelabuhan
Kedudukan karung beras diukur dari kepala buruh pelabuhan adalah 0,5 meter.
EP = mgh = (50 kg) (10 m/s2) (0,5 m)
EP = 250 Joule
Sebagaimana
dijelaskan pada bagian awal tulisan ini, selain energi potensial
gravitasi terdapat juga energi potensial elastis. EP elestis berhubungan
dengan benda-benda yang elastis, misalnya pegas. Mari kita bayangkan
sebuah pegas yang ditekan dengan tangan. Apabila kita melepaskan tekanan
pada pegas, maka pegas tersebut melakukan usaha pada tangan kita. Efek
yang dirasakan adalah tangan kita terasa seperti di dorong. Apabila
kita menempelkan sebuah benda pada ujung pegas, kemudian pegas tersebut
kita tekan, maka setelah dilepaskan benda yang berada di ujung pegas
pasti terlempar…. perhatikan gambar di bawah. Jika dirimu mempunyai koleksi pegas, baik di rumah maupun di sekolah, silahkan melakukan percobaan ini untuk membuktikannya….
Ketika berada dalam keadaan diam, setiap pegas memiliki panjang alami, seperti ditunjukkan gambar a (lihat gambar di bawah). Jika pegas di tekan sejauh x dari panjang alami, diperlukan gaya sebesar FT (gaya tekan) yang nilainya berbanding lurus dengan x, yakni :
FT = kx
k
adalah konstanta pegas (ukuran kelenturan/elastisitas pegas) dan
besarnya tetap. Ketika ditekan, pegas memberikan gaya reaksi, yang
besarnya sama dengan gaya tekan tetapi arahnya berlawanan. gaya reaksi
pegas tersebut dikenal sebagai gaya pemulih. Besarnya gaya pemulih
adalah :
FP = -kx
Tanda
minus menunjukkan bahwa arah gaya pemulih berlawanan arah dengan gaya
tekan. Ini adalah persamaan hukum Hooke. Persamaan ini berlaku apabila
pegas tidak ditekan sampai melewati batas elastisitasnya (x tidak
sangat besar).
Untuk
menghitung Energi Potensial pegas yang ditekan atau diregangkan,
terlebih dahulu kita hitung gaya usaha yang diperlukan untuk menekan
atau meregangkan pegas. Kita tidak bisa menggunakan persamaan W = F s =
F x, karena gaya tekan atau gaya regang yang kita berikan pada pegas
selalu berubah-ubah selama pegas ditekan. Ketika menekan pegas
misalnya, semakin besar x, gaya tekan kita juga semakin besar. Beda
dengan gaya angkat yang besarnya tetap ketika kita mengangkat batu.
Lalu bagaimana cara mengakalinya ?
Kita
menggunakan gaya rata-rata. Gaya tekan atau gaya regang selalu
berubah, dari F = 0 ketika x = 0 sampai F = kx (ketika pegas tertekan
atau teregang sejauh x). Besar gaya rata-rata adalah :
x merupakan jarak total pegas yang teregang atau pegas yang tertekan (bandingkan dengan gambar di atas).
Usaha yang dilakukan adalah :
Nah, akhirnya kita menemukan persamaan Energi Potensial elastis (EP Pegas)….
Catatan :
Tidak ada rumus umum untuk Energi Potensial. Berbeda dengan energi kinetik yang memiliki satu rumus umum, EK = ½ mv2,
bentuk persamaan EP bergantung gaya yang melakukan usaha… kalo
bingung berlanjut, silahkan pelajari kembali ya…. sampai teler
Sekarang, mari kita pelajari pokok bahasan Energi Kinetik….
Istirahat dulu, masa ga teller dari tadi pelototin terus ne tulisan pisss……
Setiap
benda yang bergerak memiliki energi. Ketapel yang ditarik lalu
dilepaskan sehingga batu yang berada di dalam ketapel meluncur dengan
kecepatan tertentu. Batu yang bergerak tersebut memiliki energi. Jika
diarahkan pada ayam tetangga maka kemungkinan besar ayam tersebut lemas
tak berdaya akibat dihajar batu. Pada contoh ini batu melakukan kerja
pada ayam
Kendaraan beroda yang bergerak dengan laju tertentu di jalan raya juga
memiliki energi kinetik. Ketika dua buah kendaraan yang sedang
bergerak saling bertabrakan, maka bisa dipastikan kendaraan akan
digiring ke bengkel untuk diperbaiki. Kerusakan akibat tabrakan terjadi
karena kedua mobil yang pada mulanya bergerak melakukan usaha / kerja
satu terhadap lainnya. Ketika tukang bangunan memukul paku menggunakan
martil, martil yang digerakan tukang bangunan melakukan kerja pada
paku.
Setiap
benda yang bergerak memberikan gaya pada benda lain dan memindahkannya
sejauh jarak tertentu. Benda yang bergerak memiliki kemampuan untuk
melakukan kerja, karenanya dapat dikatakan memiliki energi. Energi pada
benda yang bergerak disebut energi kinetik. Kata kinetik berasal dari
bahasa yunani, kinetikos, yang artinya “gerak”. ketika benda
bergerak, benda pasti memiliki kecepatan. Dengan demikian, kita dapat
menyimpulkan bahwa energi kinetik merupakan energi yang dimiliki benda
karena gerakannya atau kecepatannya.
Sekarang mari kita turunkan persamaan Energi Kinetik.
Untuk
menurunkan persamaan energi kinetik, bayangkanlah sebuah benda
bermassa m sedang bergerak pada lintasan lurus dengan laju awal vo.
Agar benda dipercepat beraturan sampai bergerak dengan laju v maka pada benda tersebut harus diberikan gaya total yang konstan dan searah dengan arah gerak benda sejauh s. Untuk itu dilakukan usaha alias kerja pada benda tersebut sebesar W = F s. Besar gaya F = m a.
Karena benda memiliki laju awal vo, laju akhir vt dan bergerak sejauh s, maka untuk menghitung nilai percepatan a, kita menggunakan persamaan vt2 = vo2 + 2as.
Kita subtitusikan nilai percepatan a ke dalam persamaan gaya F = m a, untuk menentukan besar usaha :
Persamaan
ini menjelaskan usaha total yang dikerjakan pada benda. Karena W = EK
maka kita dapat menyimpulkan bahwa besar energi kinetik translasi pada
benda tersebut adalah :
W = EK = ½ mv2 —– persamaan 2
Persamaan 1 di atas dapat kita tulis kembali menjadi :
Persamaan 3
menyatakan bahwa usaha total yang bekerja pada sebuah benda sama
dengan perubahan energi kinetiknya. Pernyataan ini merupakan prinsip
usaha-energi. Prinsip usaha-energi berlaku jika W adalah usaha total
yang dilakukan oleh setiap gaya yang bekerja pada benda. Jika usaha
positif (W) bekerja pada suatu benda, maka energi kinetiknya bertambah
sesuai dengan besar usaha positif tersebut (W). Jika usaha (W) yang
dilakukan pada benda bernilai negatif, maka energi kinetik benda
tersebut berkurang sebesar W. Dapat dikatakan bahwa gaya total yang
diberikan pada benda di mana arahnya berlawanan dengan arah gerak benda,
maka gaya total tersebut mengurangi laju dan energi kinetik benda.
Jika besar usaha total yang dilakukan pada benda adalah nol, maka besar
energi kinetik benda tetap (laju benda konstan).
Contoh soal 1 :
Sebuah
bola sepak bermassa 150 gram ditendang oleh Ronaldo dan bola tersebut
bergerak lurus menuju gawang dengan laju 30 m/s. Hitunglah :
a) energi kinetik bola tersebut
b) berapa usaha yang dilakukan Ronaldo pada bola untuk mencapai laju ini, jika bola mulai bergerak dari keadaan diam ?
panduan jawaban :
a) Energi Kinetik bola
EK= ½ mv2 = ½ (0,15 kg) (30 m/s2)2 = 67,5 Joule
b) Usaha total
W = EK2 – EK1
EK2 = 67,5 Joule
EK1 = ½ mv2 = ½ m (0) = 0 — laju awal bola (vo) = 0
Dengan demikian, usaha total :
W = 67,5 Joule – 0 = 67,5 Joule
Contoh soal 2 :
Berapa usaha yang diperlukan untuk mempercepat gerak sepeda motor bermassa 200 kg dari 5 m/s sampai 20 m/s ?
Panduan jawaban :
Pertanyaan soal di atas adalah berapa usaha total yang diperlukan untuk mempercepat gerak motor.
W = EK2 – EK1
Sekarang kita hitung terlebih dahulu EK1 dan EK2
EK1 = ½ mv12 = ½ (200 kg) (5 m/s)2 = 2500 J
EK2 = ½ mv22 = ½ (200 kg) (20 m/s)2 = 40.000 J
Energi total :
W = 40.000 J – 2.500 J
W = 37.500 J
Hukum Kepler
Pengantar
Sebelum
kita mempelajari hukum Kepler secara lebih mendalam, terlebih dahulu
kita kenang kembali kisah masa lalu yang mengantar Paman Kepler
merumuskan hukumnya yang terkenal sampai di seluruh pelosok negeri,
bahkan sampai ke seluruh penjuru ruangan kelas XI IPA. Tulisan ini juga
menyinggung masa lalu ilmu astronomi, sebuah kisah perkembangan ilmu
pengetahuan yang selalu menuai pertentangan di tahap awal
perkembangannya.
Sejarah Panjang
Awal
perkembangan ilmu astronomi modern dimulai oleh Purbach (1423-1461) di
universitas Wina serta lebih khusus lagi oleh muridnya Yohanes muller
(1436-1476). Johanes Muller pergi ke Italia khusus untuk belajar karya
asli Ptolemeus tentang astronomi bersama temannya Walther (1430-1504). Walther
adalah seorang yang kaya, ia memiliki observatorium pribadi, serta
mesin percetakan pribadi. Muller bersama Walther membuat penanggalan
berdasarkan benda-benda langit yang banyak dipakai oleh para pelaut
Spanyol dan Portugis. Muller kemudian pergi ke Roma untuk melakukan
pembaruan kalender di sana, akan tetapi ia meninggal sebelum dapat
melaksanakan niatnya. Pengamatan muller dilanjutkan oleh temannya,
Walther dan Albrecht Durer. Maka, ketika Nicolas Copernicus (1473-1543)
memulai karyanya, telah terdapat cukup banyak karya hasil pengamatan
astronomi.
Sistem
Copernicus yang baru tentang alam semesta menempatkan matahari sebagai
pusat alam semesta, serta terdapat tiga jenis gerakan bumi. Tiga jenis
gerakan bumi itu adalah gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada
porosnya), gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari) dan suatu
girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam
sama panjangnya. Teori Copernicus tersebut ditulis tangan dan diedarkan
di antara kawan-kawannya pada tahun 1530. Teori Copernicus menjadi
semakin terkenal dan menarik perhatian seorang ahli matematika dari
wittenberg bernama George Rheticus (1514-1576). Rheticus kemudian
belajar bersama Copernicus dan pada tahun 1540 menerbitkan buku tentang
teori Copernicus. Akhirnya Copernicus menerbitkan hasil karyanya
sendiri pada tahun 1543 berjudul On the Revolutions Of the Celestial Orbs.
Buku
copernicus dicetak di Nuremberg, pada awalnya di bawah supervisi
Rheticus, kemudian dilanjutkan di bawah supervisi Andreas Osiander,
seorang pastor Lutheran. Osiander menambahkan kata pengantar untuk karya
Copernicus dengan menyatakan bahwa teori yang baru itu tidak harus
benar, dan dapat dipandang semata-mata sebagai suatu kecocokan metode
matematis tentang benda-benda langit. Copernicus sendiri tidak
berpendapat begitu. Ia berpendapat bahwa sistem semesta yang
dikemukakannya adalah nyata.
Copernicus
berpendapat bahwa sistem yang dikemukakan oleh ptolemous ‘tidak cukup
tepat, tidak cukup memuaskan pikiran’, karena ptolemous beranjak
langsung dari karya kelompok Pythagoras. Untuk menjelaskan gerakan
benda-benda langit, ptolemous menganggap bahwa benda-benda langit itu
bergerak melingkar dengan kecepatan angular yang tidak sama relatif
terhadap pusatnya, kecepatan anguler itu hanya sama terhadap titik di
luar pusat lingkaran itu. Menurut copernicus, asumsi itu merupakan
kesalahan pokok dari sistem ptolemous. Akan tetapi hal ini bukan hal
pokok yang dikemukakan oleh copernicus. Kritik utama yang dikemukakan
oleh copernicus kepada para ahli astronomi pendahulunya adalah, dengan
menggunakan aksioma-aksiomanya, mereka telah gagal menjelaskan gerakan
benda-benda langit yang teramati dan juga teori-teori yang mereka
kembangkan melibatkan sistem yang rumit yang tidak perlu. Copernicus
menilai para pendahulunya dengan mengatakan : “di dalam metode yang
dikembangkan, mereka telah mengabaikan hal-hal penting atau menambahkan
hal-hal yang tidak perlu”.
Copernicus
memusatkan perhatian pada hal yang terakhir. Ia melihat bahwa para
leluhurnya telah menambahkan tiga gerakan bumi untuk setiap benda langit
agar sampai pada kesimpulan bahwa bumi berada diam di pusat putaran.
Ketiga lingkaran tersebut telah ditambahkan untuk setiap benda langit di
dalam sistem geometris bangsa Yunani untuk menjelaskan gerakan
benda-benda langit dengan bumi sebagai pusatnya. Copernicus berpendapat
bahwa lingkaran-lingkaran tersebut tidak diperlukan dengan berpendapat
bahwa bumi berputar pada sumbuhnya setiap hari dan bergerak melintasi
orbitnya mengitari matahari setiap tahun. Dengan cara demikian,
Copernicus mengurangi jumlah lingkaran yang diperlukan untuk menjelaskan
gerakan benda-benda langit.
Dengan
sistem yang dikemukakannya itu, Copernicus memberikan jawaban yang
paling sederhana untuk menjawab pertanyaan yang diajukan bangsa Yunani
tentang bagaimana menjelaskan gerakan benda-benda langit dalam suatu
gerakan yang melingkar dan seragam. Tidak ada hal yang baru dalam metode
tersebut, hal itu telah dipergunakan oleh para astronom sejak jaman
Pythagoras. Dengan menggunakan konsepsi yang dipakai oleh Pythagoras, ia
mencampakkan sistem yang dikembangkan oleh bangsa yunani. Akan tetapi,
ada satu konsep yang tidak dipakainya, yaitu bahwa benda-benda langit
adalah mulia.
Di
dalam sistem Copernicus, bumi berputar mengitari matahari, seperti
planet-planet lainnya. Bumi menjalani gerakan yang seragam dan
melingkar sebagai benda langit, suatu gerakan yang sejak lama diyakini
sebagai gerakan yang sempurna. Lebih jauh, copernicus menekankan
kesamaan antara bumi dengan benda-benda langit lainnya bahwa semuanya
memiliki gravitasi. Gravitasi ini tidak berada di langit, melainkan
bekerja pada materi, seperti bumi dan benda-benda langit memiliki gaya
ikat dan mempertahankannya dalam suatu lingkaran yang sempurna. Untuk
hal ini penjelasan copernicus agak berbau teologis : “menurut saya
gravitasi tidak lain daripada suatu kekuatan alam yang diciptakan oleh
pencipta agar supaya semuanya berada dalam kesatuan dan keutuhan.
Kekuatan seperti itu mungkin juga dimiliki oleh matahari, bulan dan
planet-planet agar semuanya tetap bundar”
Sistem
copernicus lebih bagus dan lebih sederhana daripada sistem ptolomeus.
Di dalam sistem lama, benda-benda langit memiliki baik gerakan
timur-barat maupun rotasi pada arah yang berlawanan. Dalam sistem
copernicus, bumi dan semua planet bergerak mengitari matahari dengan
arah yang sama dan laju yang berkurang semakin jauh dari matahari.
Sementara itu, matahari yang berada di pusat dan bintang-bintang yang
berada di luar tatasurya berada pada tempatnya yang tetap. Sekarang
dapat dijelaskan mengapa planet-planet kelihatan mendekati dan menjahui
bumi. Planet-planet itu pada suatu saat berada pada satu sisi yang sama
dengan bumi, tetapi pada saat yang lain berada pada sisi yang
berseberangan
Dengan
sistem Copernicus, perhitungan astronomi dibuat menjadi lebih mudah,
karena melibatkan jumlah lingkaran yang lebih sedikit. Tetapi prakiraan
posisi planet-planet dan perhitungan lainnya tidak lebih tepat
daripada dihitung dengan menggunakan sistem ptolemous, keduanya masih
memiliki kesalahan sekitar satu persen. Selanjutnya terdapat
keberatan-keberatan terhadap sistem Copernicus. Pertama, dan mungkin
tidak terlalu serius ketika itu, adalah kenyataan bahwa pusat tata
surya tidak tepat berada pada matahari. Copernicus menempatkan pusat
tatasurya pada pusat orbit bumi, yang tidak persis berada pada
matahari, untuk menjelaskan perbedaan panjang musim-musim. Beberapa
filsuf berpendapat bahwa pusat tata surya haruslah berada pada suatu
obyek nyata, meskipun banyak juga yang menerima bahwa titik geometris
dapat dipakai sebagai pusat tatasurya. Selanjutnya, para pendukung
aristoteles berpendapat bahwa gravitasi bekerja ke arah titik geometris
tersebut, sebagai pusat tatasurya, yang tidak harus sama dengan pusat
bumi.
Keberatan
kedua, yang lebih serius, menyatakan bahwa bila bumi berputar, maka
udara cenderung tertinggal di belakang, hal ini akan menimbulkan angin
yang arahnya ke timur. Copernicus memberikan dua jawaban untuk keberatan
timur. Pertama, yang merupakan suatu jenis penjelasan abad
pertengahan, yaitu udara berputar bersama-sama dengan bumi karena udara
berisi partikel-partikel bumi yang memiliki sifat-sifat yang sama
dengan bumi. Maka bumi menarik udara berputar bersama-sama dengan bumi
karena udara bersisi partikel-partikel bumi. Maka bumi menarik udara
berputar dengan bumi. Jawaban kedua yang bersifat modern, udara
berputar tanpa hambatan karena udara berdampingan dengan bumi yang
terus menerus berputar. Keberatan yang sama adalah apabila sebuah batu
dilemparkan ke atas maka batu itu akan tertinggal oleh bumi yang
berputar, sehingga kalau batu itu jatuh akan berada di sebelah barat
proyeksi batu itu. Untuk keberatan ini, copernicus menjawab ‘karena
benda-benda yang ditarik ke tanah oleh beratnya adalah terbuat dari
tanah, maka tidak diragukan bahwa benda-benda itu memiliki sifat yang
sama dengan bumi secara keseluruhan, sehingga berputar bersama-sama
dengan bumi’
Keberatan lebih jauh terhadap sistem copernicus adalah bila bumi berputar, maka bumi akan hancur berkeping-keping oleh gaya sentrifugal.
Copernicus menjawab bahwa bila bumi tidak berputar maka bola yang
lebih besar yang ditempati oleh bintang-bintang pasti bergerak dengan
kecepatan yang sangat besar dan lebih rentan oleh pengaruh gaya sentrifugal.
Nampaknya
copernicus tidak menerima teori aristoteles juga tidak menerima teori
adanya gaya dorong. Copernicus berpendapat bahwa spin dan gerakan dalam
suatu lingkaran adalah gerakan-gerakan yang spontan, merupakan sifat
alami dari suatu bentuk bola dimana bumi dan benda-benda langit ada.
Oleh karena itu, copernicus tidak menggunakan hirarki para malaikat
untuk menggerakan benda-benda langit, yaitu malaikat yang lebih berkuasa
menggerakan benda yang lebih tinggi hirarkinya. Menurut copernicus
benda-benda langit bergerak secara spontan.
Maka
bersama copernicus muncul suatu sistem cosmos yang betul-betul baru.
Penggerak alam semesta tidak lagi penting. Matahari sebagai pusat
tatasurya menjadi pengatur alam semesta.
Terdapat
figur perantara di antara pendukung aristoteles yang mendukung adanya
penggerak alam semesta dan copernicus yang menyatakan matahari sebagai
pusat tatasurya yaitu nicolas Cusa.
Kiranya
dapat dikatakan bahwa copernicus berusaha mempromosikan suatu nilai
baru dengan sistem yang dikemukakannya. Karena apabila ia sekedar ingin
mengembangkan suatu sistem yang lebih sederhana, terdapat suatu sistem
yang dipakai oleh tycho brahe (1546-1601). Di dalam sistem itu
planet-planet berputar mengelilingi matahari, sementara itu matahari
bersama-sama dengan planet-planet yang mengelilinginya sebagai satu
kesatuan, berputar mengelilingi bumi yang diam yang berada pada pusat
semesta. Sistem itu secara matematis ekuivalen dengan sistem copernicus,
dan juga sistem itu tidak menimbulkan persoalan fisis. Tetapi sistem
itu tetap mempertahankan nilai-nilai lama dalam sistem cosmos yaitu bumi
sebagai pusat alam semesta. Itulah mungkin sebabnya copernicus
mengajukan suatu sistem baru, heliosentris.
Dalam
seluruh hidupnya, Copenicus menganut pandangan bangsa yunani bahwa
gerakan benda-benda langit adalah melingkar dengan kecepatan tetap, maka
meskipun sistem yang dibuat copernicus lebih sederhana dibandingkan
dengan sistem ptolomeus, tetapi tetap rumit dibandingkan dengan sistem
Kepler (1571-1630). Copernicus menjelaskan gerakan benda-benda langit
dengan menggunakan tiga puluh empat lingkaran, sementara itu kepler
hanya menggunakan tujuh elips. Seperti dikatakan oleh kepler, copernicus
tidak menyadari akan adanya suatu bangunan yang sangat baik yang ada
dalam genggamannya. Copernicus mengetahui bahwa gabungan beberapa
lingkaran dapat menghasilkan elips, akan tetapi ia tidak pernah
menggunakan elips untuk menggambarkan benda-benda langit. Lagipula, pada
tahap-tahap awal, copernicus sangat menghargai hasil observasi bangsa
kuno. Copernicus menentang werner yang menyatakan bahwa hasil-hasil
pengamatan terakhir lebih cocok dengan sistem ptolemous daripada dengan
sistem copernicus. Kenyataannya memang tiga kali lebih tepat.
Pengamatan
paling penting dalam bidang astronomi modern adalah yang dilakukan
oleh Ticho Brahe. Hasil pengamatan Ticho Brahe limapuluh kali lebih
tepat dari hasil muller, hasil terbaik yang dapat dilakukan dengan mata
telanjang. Tycho Brahe adalah orang Denmark terhormat. Raja Frederick
II dari Denmark memberi tempat tinggal dan pulau Hveen untuk melakukan
kegiatan astronominya. Di pulau itu Tycho Brahe membangun kastil,
bengkel, percetakan pribadi, dan observatorium. Ia bekerja di pulau itu
dari tahun 1576 sampai 1597. Ia berpendapat bahwa adalah tidak mungkin
melakukan pengamatan tanpa panduan suatu teori. Ia menganut pendangan
geosentris.
Ketika
raja Frederick II wafat, fasilitas yang diterima Tycho Brahe tidak
diperpanjang, kemudian Ticho Brahe pergi ke Praha pada tahun 1599, di
mana ia mendapat tunjangan dari raja Rudolph II. Tahun-tahun berikutnya
ia bergabung dengan astronom jerman, Johann Kepler, seorang
matematikawan. Kepler adalah anak seorang tentara wurtemburg. Ia
mempelajari sistem copernicus di Tubingen. Kerja sama antara Kepler
dengan Ticho Brahe tidak berlangsung lama karena Ticho Brahe meninggal
dunia. Setelah Ticho Brahe meninggal, Kepler tetap tinggal di Praha.
Karya pertama Kepler dalam bidang astronomi berjudul The Mysteri of the Universe
yang diterbitkan pada tahun 1596. Di dalam buku itu, ia berusaha
mencari suatu keselarasan antara orbit-orbit planet menurut copernicus
dengan hasil pengamatan Ticho Brahe. Akan tetapi Kepler tidak berhasil
menemukan keselarasan antara sistem-sistem yang dikembangkan oleh
Copernicus maupun Ptolemous dengan hasil pengamatan Tycho Brahe. Oleh
karena itu ia meninggalkan sistem ptolemous dan Copernicus lalu berusaha
mencari sistem baru. Pada tahun 1609, Kepler menemukan ternyata elips
sangat cocok dengan hasil pengamatan Ticho Brahe. Kepler tidak lagi
menggunakan lingkaran sebagai lintasan benda-benda langit melainkan
elips.
HUKUM KEPLER
Karya
Kepler sebagian dihasilkan dari data-data hasil pengamatan yang
dikumpulkan Ticho Brahe mengenai posisi planet-planet dalam geraknya di
luar angkasa. Hukum ini telah dicetuskan Kepler setengah abad sebelum
Newton mengajukan ketiga Hukum-nya tentang gerak dan hukum gravitasi
universal. Di antara hasil karya Kepler, terdapat tiga penemuan yang sekarang kita kenal sebagai Hukum Kepler mengenai gerak planet.
Hukum I Kepler
Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk elips, di mana matahari terletak pada salah satu fokusnya.
Kepler
tidak mengetahui alasan mengapa planet bergerak dengan cara demikian.
Ketika mulai tertarik dengan gerak planet-planet, Newton menemukan
bahwa ternyata hukum-hukum Kepler ini bisa diturunkan secara matematis
dari hukum gravitasi universal dan hukum gerak Newton. Newton juga
menunjukkan bahwa di antara kemungkinan yang masuk akal mengenai hukum
gravitasi, hanya satu yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang
konsisten dengan Hukum Kepler.
Perhatikan
orbit elips yang dijelaskan pada Hukum I Kepler. Dimensi paling
panjang pada orbit elips disebut sumbu mayor alias sumbu utama, dengan
setengah panjang a. Setengah panjang ini disebut sumbu semiutama alias
semimayor (sambil lihat gambar di bawah ya).
F1 dan F2 adalah titik Fokus. Matahari berada pada F1 dan planet berada pada P. Tidak ada benda langit lainnya pada F2. Total jarak dari F1 ke P dan F2 ke P sama untuk semua titik dalam kurva elips. Jarak pusat elips (O) dan titik fokus (F1 dan F2) adalah ea, di mana e merupakan angka tak berdimensi yang besarnya berkisar antara 0 sampai 1, disebut juga eksentrisitas.
Jika e = 0 maka elips berubah menjadi lingkaran. Kenyataanya, orbit
planet berbentuk elips alias mendekati lingkaran. Dengan demikian besar
eksentrisitas tidak pernah bernilai nol. Nilai e untuk orbit planet
bumi adalah 0,017. Perihelion merupakan titik yang terdekat dengan
matahari, sedangkan titik terjauh adalah aphelion.
Pada
Persamaan Hukum Gravitasi Newton, telah kita pelajari bahwa gaya tarik
gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (1/r2), di mana hal ini hanya bisa terjadi pada orbit yang berbentuk elips atau lingkaran saja.
Contoh soal Hukum I Kepler :
Komet Halley bergerak sepanjang orbit elips mengitari matahari. Pada perihelion, komet Halley berjarak 8,75 x107 km dari matahari, sedangkan pada aphelion berjarak 5,26 x 109 km dari matahari. Berapakah eksentrisitas dari orbit komet halley
Panduan jawaban :
Panjang sumbu utama sama dengan total jarak komet ke matahari ketika komet berada di perihelion dan aphelion.
Panjang sumbu utama adalah 2a, dengan demikian :
Pada Perihelion, jarak komet Halley dengan matahari diperoleh dari (sambil perhatikan gambar di atas) :
a – ea = a(1-e)
Jarak komet Halley dengan matahari ketika komet Halley berada pada perihelion adalah 8,75 x107 km. Dengan demikian, eksentrisitas komet Halley adalah :
Nilai eksentrisitas komet halley mendekati 1. Ini menunjukkan bahwa orbit halley sangat panjang….
Hukum II Kepler
Luas daerah yang disapu oleh garis antara matahari dengan planet adalah sama untuk setiap periode waktu yang sama.
Hal
yang paling utama dalam Hukum II Kepler adalah kecepatan sektor
mempunyai harga yang sama pada semua titik sepanjang orbit yang
berbentuk elips.
Hukum III Kepler
Kuadrat
waktu yang diperlukan oleh planet untuk menyelesaikan satu kali orbit
sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet-planet tersebut
dari matahari.
Jika T1 dan T2 menyatakan periode dua planet, dan r1 dan r2 menyatakan jarak rata-rata mereka dari matahari, maka
Newton
menunjukkan bahwa Hukum III Kepler juga bisa diturunkan secara
matematis dari Hukum Gravitasi Universal dan Hukum Newton tentang gerak
dan gerak melingkar. Sekarang mari kita tinjau Hukum III Kepler
menggunakan pendekatan Newton.
Terlebih
dahulu kita tinjau kasus khusus orbit lingkaran, yang merupakan kasus
khusus dari orbit elips. Semoga dirimu belum melupakan Hukum Newton dan
pelajaran Gerak Melingkar…
Sekarang kita masukan persamaan Hukum Gravitasi Newton dan percepatan sentripetal ke dalam persamaan Hukum II Newton :
m1 adalah massa planet, mM adalah massa matahari, r1 adalah jarak rata-rata planet dari matahari, v1 merupakan laju rata-rata planet pada orbitnya.
Waktu yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit adalah T1, di mana jarak tempuhnya sama dengan keliling lingkaran, 2 phi r1. Dengan demikian, besar v1 adalah :
Misalnya
persamaan 1 kita turunkan untuk planet venus (planet 1). Penurunan
persamaan yang sama dapat digunakan untuk planet bumi (planet kedua).
T2 dan r2
adalah periode dan jari-jari orbit planet kedua. Sekarang coba anda
perhatikan persamaan 1 dan persamaan 2. Perhatikan bahwa ruas kanan
kedua persamaan memiliki nilai yang sama. Dengan demikian, jika kedua
persamaan ini digabungkan, akan kita peroleh :
Persamaan ini adalah Hukum III Kepler…
Kita
juga bisa menurunkan persamaaan untuk menghitung besarnya periode
gerak planet (T) dengan cara lain. Pertama terlebih dahulu kita
turunkan untuk kasus gerak melingkar.
Sebelumnya
kita telah mensubtitusikan persamaan Hukum Gravitasi Newton dan
percepatan sentripetal ke dalam persamaan Hukum II Newton :
Pada
pembahasan mengenai gerak melingkar beraturan, kita mempelajari bahwa
laju v adalah perbandingan jarak tempuh dalam satu kali putaran (2phir) dengan periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali putaran), yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Pada
persamaan ini tampak bahwa periode dalam orbit lingkaran sebanding
dengan pangkat 3/2 dari jari-jari orbit. Newton menunjukkan bahwa
hubungan ini juga berlaku untuk orbit elips, di mana jari-jari orbit
lingkaran (r) diganti dengan setengah sumbu utama a
Dibaca secara perlahan-lahan sambil direnungkan
DATA ASTRONOMI
Hukum II Newton
Pengantar
Dalam Hukum I Newton, kita telah belajar bahwa jika tidak ada gaya total
yang bekerja pada sebuah benda, maka benda tersebut akan tetap diam,
atau jika benda tersebut sedang bergerak maka benda tersebut tetap
bergerak dengan laju tetap pada lintasan lurus. Apa yang terjadi jika gaya total tidak sama dengan nol ? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, apakah anda sudah memahami pengertian gaya total
? Jika belum, silahkan pahami penjelasan gurumuda berikut ini. Selamat
belajar Hukum II Newton, semoga sukses sampai di tempat tujuan semoga Hukum Newton semakin dekat di hati anda
Pengertian Gaya Total
Seperti
apakah gaya total itu ? Misalnya kita mendorong sekeping uang logam di
atas meja; setelah bergerak, uang logam yang didorong tersebut
berhenti. Ketika kita mendorong uang logam tadi, kita memberikan gaya
berupa dorongan sehingga uang logam begerak. Nah, selain gaya dorongan
kita, pada logam tersebut bekerja juga gaya gesekan udara dan gaya
gesekan antara permukaan bawah uang logam dan permukaan meja, yang
arahnya berlawanan dengan arah gaya dorongan kita. Apabila jumlah
selisih antara kekuatan dorongan kita (Gaya dorong) dan gaya gesekan (baik gaya gesekan udara maupun gaya gesekan antara permukaan logam dan meja)
adalah nol, maka uang logam berhenti bergerak/diam. Jika selisih
antara gaya dorong yang kita berikan dengan gaya gesekan tidak nol,
maka uang logam tersebut akan tetap bergerak. Selisih antara gaya
dorong dan gaya gesekan tersebut dinamakan gaya total. Semoga ilustrasi sederhana ini bisa membantu anda memahami pengertian gaya total.
Hukum II Newton
Sekarang kita kembali ke pertanyaan awal pada bagian pengantar. Apa yang terjadi jika gaya total
yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol ? Newton mengatakan
bahwa jika pada sebuah benda diberikan gaya total atau dengan kata
lain, terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda
yang diam akan bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak
bertambah kelajuannya. Apabila arah gaya total berlawanan dengan arah
gerak benda, maka gaya tersebut akan mengurangi laju gerak benda.
Apabila arah gaya total berbeda dengan arah gerak benda maka arah kecepatan
benda tersebut berubah dan mungkin besarnya juga berubah. Karena
perubahan kecepatan merupakan percepatan maka kita dapat menyimpulkan
bahwa gaya total yang bekerja pada benda menyebabkan benda tersebut
mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama dengan arah gaya
total. Jika besar gaya total tetap atau tidak berubah, maka besar
percepatan yang dialami benda juga tetap alias tidak berubah.
Bagaimana hubungan antara Percepatan dan Gaya ? Pernahkah anda mendorong sesuatu ? mungkin motor yang mogok atau gerobak sampah
jika belum pernah mendorong sesuatu seumur hidup anda, gurumuda
menyarankan agar sebaiknya anda berlatih mendorong. Tapi jangan
mendorong mobil orang lain yang sedang diparkir, apalagi mendorong teman
anda hingga jatuh. Ok, kembali ke dorong…
Bayangkanlah
anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya menyengat. Usahakan
sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika gerobak bergerak, kita
dapat mengatakan bahwa terdapat gaya total yang bekerja pada gerobak
itu. Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan gaya tetap selama 30
detik. Ketika anda mendorong gerobak tersebut dengan gaya tetap selama
30 menit, tampak bahwa gerobak yang tadinya diam, sekarang bergerak
dengan laju tertentu, anggap saja 4 km/jam. Sekarang, doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali lebih besar (gerobaknya didiamin dulu). Apa yang anda amati ? wah, gawat kalau belajar sambil ngelamun…
Jika anda mendorong gerobak sampah dengan gaya dua kali lipat, maka
gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat
dibandingkan sebelumnya. Percepatan gerak gerobak dua kali lebih besar.
Apabila anda mendorong gerobak dengan gaya lima kali lebih besar, maka
percepatan gerobak juga bertambah lima kali lipat. Demikian seterusnya.
Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja pada benda.
Seandainya
percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan pertama, kita
menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan percobaan kedua
kita menggunakan gerobak yang terbuat dari besi dan lebih berat. Jika
anda mendorong gerobak besi dengan gaya dua kali lipat, apakah gerobak
tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan
gerobak sebelumnya yang terbuat dari kayu ?
Tentu
saja tidak karena percepatan juga bergantung pada massa benda. Anda
dapat membuktikannya sendiri dengan melakukan percobaan di atas. Jika
anda mendorong gerobak sampah yang terbuat dari sampah dengan gaya yang
sama ketika anda mendorong gerobak yang terbuat dari kayu, makaakan
terlihat bahwa percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila gaya total
yang bekerja pada benda tersebut sama, maka makin besar massa benda,
makin kecil percepatannya, sebaliknya makin kecil massa benda makin
besar percepatannya.
Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris manis di sekolah, yakni Hukum II Newton tentang Gerak :
Jika
suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami
percepatan, di mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang
bekerja padanya. Vektor gaya total sama dengan massa benda dikalikan
dengan percepatan benda.
m adalah massa benda dan a adalah (vektor) percepatannya. Jika persamaan di atas ditulis dalam bentuk a = F/m,
tampak bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan resultan
gaya yang bekerja padanya dan arahnya sejajar dengan gaya tersebut.
Tampak juga bahwa percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.
Jadi
apabila tidak ada gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada
benda maka benda akan diam apabila benda tersebut sedang diam; atau
benda tersebut bergerak dengan kecepatan tetap, jika benda sedang
bergerak. Ini merupakan bunyi Hukum I Newton.
Setiap
gaya F merupakan vektor yang memiliki besar dan arah. Persamaan hukum
II Newton di atas dapat ditulis dalam bentuk komponen pada koordinat
xyz alias koordinat tiga dimensi, antara lain :
Satuan massa adalah kilogram, satuan percepatan adalah kilogram meter per sekon kuadrat (kg m/s2). Satuan Gaya dalam Sistem Internasional adalah kg m/s2.
Nama lain satuan ini adalah Newton; diberikan untuk menghargai jasa
eyang Isaac Newton. Satuan-satuan tersebut merupaka satuan Sistem
Internasional (SI). Dengan kata lain, satu Newton adalah gaya total yang diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/s2 kepada massa 1 kg. Hal ini berarti 1 Newton = 1 kg m/s2.
Dalam satuan CGS (centimeter, gram, sekon), satuan massa adalah gram (g), gaya adalah dyne. Satu dyne didefinisikan sebagai gaya total yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 cm/s2 untuk benda bermassa 1 gram. Jadi 1 dyne = 1 gr cm/s2.
Kedua
jenis satuan yang kita bahas di atas adalah satuan Sistem
Internasional (SI). Untuk satuan Sistem Inggris (British Sistem),
satuan gaya adalah pound (lb). 1 lb = 4,45 N. Satuan massa = slug. Dengan demikian, 1 pound didefinisikan sebagai gaya total yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 ft/s2 kepada benda bermassa 1 slug.
Dalam perhitungan, sebaiknya anda menggunakan satuan MKS (meter, kilogram, sekon) SI. Jadi jika diketahui satuan dalam CGS atau sistem British, terlebih dahulu anda konversi.
Contoh soal 1 :
Berapakah gaya total yang dibutuhkan untuk memberi percepatan sebesar 10 m/s2 kepada mobil yang bermassa 2000 kg ?
Panduan Jawaban :
Guampang …
Contoh soal 2 :
Dirimu
mendorong sebuah kotak bermassa 1 kg yang terletak pada permukaan meja
datar tanpa gesekan,dengan gaya sebesar 5 N. berapakah percepatan yang
dialami kotak tersebut ?
Panduan jawaban :
Contoh soal 3 :
Mesin
sebuah mobil sedan mampu menghasilkan gaya sebesar 10000 N. Massa
pengemudi dan mobil tersebut sebesar 1000 kg. Jika gaya gesekan udara
dan gaya gesekan antara ban dan permukaan jalan sebesar 500 N, berapakah
percepatan mobil tersebut ?
Panduan jawaban :
Terlebih dahulu kita tuliskan persamaan Hukum II Newton :
Ingat
bahwa gaya gesekan bekerja berlawanan arah dengan gaya yang
menggerakan mobil. Selisih antara kedua gaya tersebut menghasilkan gaya
total. Karena yang ditanyakan adalah percepatan mobil maka persamaan
di atas kita tulis kembali sbb :
Contoh soal 4 :
Sebuah gaya yang dikerjakan pada sebuah benda bermassa m1 menghasilkan percepatan 2 m/s2. Gaya yang sama ketika dikerjakan pada sebuah benda bermassa m2 menghasilkan percepatan sebesar 4 m/s2. (a) berapakah nilai perbandingan antara m1 dan m2 (m1/m2) ? (b) berapakah percepatan yang dihasilkan jika m1 dan m2 digabung (m1 + m2) ?
Panduan Jawaban :
(a) nilai perbandingan antara m1 dan m2 adalah :
(b) jika m1 + m2 digabung maka percepatan yang dihasilkan adalah :
Kita gantikan nilai m1 dengan 2m2 pada persamaan 1
Waduh, pusing…. dipahami perlahan-lahan. Ntar juga ngerti kok….. gampang.
HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN GLBB
Kita
telah belajar mengenai Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) pada
pembahasan mengenai Kinematika. Nah, pada pembahasan mengenai
kinematika, kita mengabaikan gaya. Sekarang kita analisis Gerak Lurus
Berubah Beraturan dan mengaitkannya dengan Gaya sebagai penyebab gerakan
benda dan juga sebagai penghambat gerakan benda (gaya gesek).
Terdapat tiga persamaan pada GLBB, yakni :
Ketiga persamaan tersebut mempunyai komponen percepatan alias a.
Dengan demikian, gaya total alias resultan gaya dihubungkan dengan GLBB oleh percepatan.
Contoh soal 1 :
Sebuah
truk gandeng bermassa 3000 kg sedang melaju dengan kelajuan 100
km/jam. berapakah gaya total yang dibutuhkan untuk menghentikan truk
tersebut pada jarak 50 meter ?
Panduan jawaban :
Terlebih dahulu kita tulis persamaan hukum II Newton :
Untuk
menyelesaikan soal kita membutuhkan besar percepatan, sedangkan pada
soal di atas hanya diketahui massa truk. Nilai percepatan masih
tersembunyi di balik kelajuan 100 km/jam dan jarak 50 meter. Kita harus
menghitung nilai percepatan truk terlebih dahulu. Bagaimanakah ?
Kita tinjau gerak truk di atas menggunakan Gerak Lurus Berubah Beraturan. Kecepatan awal alias vo = 100 km/jam = 28 m/s. Karena truk akan berhenti, maka kecepatan akhir alias vt
= o. Jarak yang ditempuh adalah 50 meter. Karena komponen gerak yang
diketahui adalah kecepatan awal dan akhir serta jarak, maka kita
menggunakan persamaan GLBB :
Akhirnya a ditemukan. Nah, dengan demikian kita dengan sangat mudah menghitung besar gaya total :
Selesai… gampang khan ?
Contoh soal 2 :
Sebuah
mobil bermassa 500 kg dipercepat oleh mesinnya dari keadaan diam
hingga bergerak dengan laju 50 m/s dalam waktu 50 s. Apabila gaya
gesekan diabaikan, berapakah gaya yang dihasilkan mobil ?
Panduan jawaban :
Karena yang ditanyakan gaya yang dihasilkan mobil maka terlebih dahulu kita tulis persamaan Hukum II Newton :
Nah,
perhatikan bahwa kita belum bisa menentukan besarnya gaya karena
percepatan belum diketahui. Oleh karena itu kita temukan terlebih dahulu
nilai percepatan menggunakan persamaan GLBB. Baca secara saksama soal
di atas. Selain massa, apa saja yang diketahui ?
Pada mulanya mobil diam, berarti vo = 0. Kecepatan akhir (vt) = 50 m/s dan waktu (t) = 50 s. karena yang diketahui vo, vt dan t maka untuk menentukan percepatan, kita menggunakan persamaan
Guampang sekali….
Contoh soal 3 :
Sebuah
mobil bermassa 500 kg bergerak dengan kelajuan 50 m/s. Jika mobil
tersebut direm oleh sopirnya dan berhenti setelah menempuh jarak 100 m,
berapakah gaya rem yang bekerja pada mobil tersebut ?
Panduan jawaban :
Kita tulis terlebih dahulu persamaan hukum II Newton.
Nah,
untuk menghitung gaya rem, maka kita harus mengetahui perlambatan
alias percepatan yang bernilai negatif, yang dialami mobil tersebut.
Ingat bahwa mobil tersebut direm ketika bergerak dengan laju 50 m/s. ini adalah kelajuan awal (vo). Karena setelah direm mobil berhenti, maka kelajuan akhir (vt) = 0. Jarak yang ditempuh mobil sejak direm hingga berhenti (s) adalah 100 m. Dengan demikian, karena diketahui vo, vt dan s maka kita menggunakan persamaan di bawah ini :
Tanda
negatif menunjukkan bahwa arah percepatan berlawanan dengan arah gerak
mobil atau dengan kata lain mobil mengalami perlambatan. Kita masukan
nila a ke dalam persamaan hukum II Newton untuk menghitung gaya rem
Tanda
negatif menunjukkan bahwa arah gaya rem berlawanan dengan arah gerak
mobil. Jadi arah gaya rem searah dengan arah perlambatan (percepatan yang bernilai negatif)
terima kasih untuk infonya. semoga dapat memotivasi siswa untuk lebih memahami materi ini.
BalasHapusterima kasih untuk infonya. semoga bermanfaat untuk pembelajaran pada pokok pembahasan materi ini.
BalasHapusMenarik "comment" (y) siieep
BalasHapusOke,,,
BalasHapusinfo nya sungguh bermanfaat..
BalasHapusGanbatte !!
BalasHapusSipp.. komen posting yg lainnya oke,,
BalasHapusartikel yg menarik dan bermanfaat
BalasHapussangat menarikk
BalasHapusAlhamdulillahn jika brmanfaat,, mksh ya tmen" dh komen,,
BalasHapusHolau dk,,
BalasHapusLnjutkan coy > ...
BalasHapusTrimksih informasinya,,
BalasHapusThanks coy. . .
BalasHapusMksh bro informasinya,,
BalasHapusThanks. . . . . .
BalasHapusSangat membantu :)
BalasHapuskeren di,.,.n sgt membantu,..,
BalasHapusSangat membantu.
BalasHapuspostingan yang baguss...
BalasHapusdah aku komen ya...
terimakasih info'nya, komen balik ya :)
BalasHapusterimksh untuk info nya semoga brmnfaat
BalasHapuskeren..
BalasHapusInfonya sangat membantu :)
BalasHapusinfo yang menarik dan brmanfaat..
BalasHapusdont forget to coment http://dityaputra.blogspot.com/
terima kasih atas infonya
BalasHapuskomentar balik d blog sya
nitardiantixiipa3.
blogspot.com
posting yg bermanfaat...coment back ea..
BalasHapushttp://madearianiipa4.blogspot.com/
Mksh frends dh mau komen. .
BalasHapusinfo ya sngt bgus :)
BalasHapusinfo nya membatu , trima ksih
BalasHapuskomen balik y http://intan22pariwara.blogspot.com/
panjang bgt tpi sangat bermanfaat.
BalasHapusthx
BalasHapusinfo yang menarik,,,,
BalasHapusrumus yang sangta lengkap, semoga bermanfaat
BalasHapusThanks ya,, dh pda mau ngmen,,
BalasHapusmenarik infonya
BalasHapusbaguuss,,, lanjutkan yaa,, n komen balikk anadestyaniajjah.blogspot.com
BalasHapusgood
BalasHapuskerenn.
BalasHapuskomen blik y ikayunitasarixiipa3.blogspot.com
info yg menarik..komen balik di elyantoxiipa3.blogspot.com
BalasHapusThank tman",,
BalasHapusthats nice
BalasHapus